Strategi Pengelolaan Seni Rupa Untuk Sekolah
STRATEGI PENGELOLAAN SENI RUPA UNTUK SEKOLAH
TUGAS KELOMPOK 6
Disusun
Sebagai Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Pengampu: Drs. Anam Ibrahim, M.Pd
oleh
Fadli
Rafi (2183151022)
M. Aidil Amri (2183151018)
Clinton
Dowira Tindaon (2183151021)
Lamhot Johan
Sitanggang (2182151011)
PROGRAM STUDI SENI RUPA
PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
DAFTAR ISI
A. Manajemen Pembelajaran Seni Rupa
B. Strategi Pembelajaran Seni Rupa
1. Strategi Pembelajaran Team Teaching
2. Strategi Pembelajaran Heuristik
3. Strategi Pembelajaran Terbuka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seni rupa merupakan kegiatan yang menyenangkan
bagi hampir setiap orang. Melalui seni rupa, seseorang dapat membentuk suatu
karya sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas mereka masing-masing, terkhusus
untuk siswa sekolah dasar. Pembelajaran seni rupa diintegrasikan dalam mata
pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) pada Kurikulum 2013. Pembelajaran
seni rupa untuk siswa teruang dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016, khususnya
pada kompetensi dasar (KD) 3.1, 3.4, 4.1, dan 4.4.
Pembelajaran seni khususnya seni rupa
seharusnya dilakukan dengan menggunakan manajemen pembelajaran yang baik.
Melalui manajemen pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran seni rupa yang
sudah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Namun, munculnya anggapan bahwa
pembelajaran seni rupa adalah pembelajaran yang kurang penting (Utomo, 2016),
membuat guru seakan-akan menggunakan pembelajaran seni rupa hanya sebagai
pengisi waktu luang dan pelepas penat serta sebagai alternatif untuk mengisi
kelas kosong (Syafii, 2005). Masih ditemukan pembelajaran seni rupa untuk siswa
dilakukan dengan strategi pembelajaran yang tertutup, yaitu strategi
pembelajaran yang dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa untuk
menentukan langkah pembelajaran (Lilisniati, dkk, 2015). Bahkan, pembelajaran
seni rupa dilakukan oleh guru dengan tidak merancang strategi pembelajaran
tententu karena menganggap pembelajaran seni rupa hanyalah formalitas untuk
mengisi rapor siswa (Syafii, 2005).
Sudah merupakan suatu kewajiban bagi guru untuk
menerapkan manajemen dan strategi pembelajaran seni rupa dengan baik untuk
mengurasi munculnya anggapan bahwa pembelajaran seni rupa adalah pembelajaran
yang tidak penting. Pembelajaran seni rupa untuk siswa merupakan suatu alat
untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa (Syafii, 2005). Selain itu,
melalui pembelajaran seni rupa, apresiasi siswa terhadap seni rupa dapat
meningkat dengan signifikan (Lilisniati, dkk, 2015). Pembelajaran seni rupa
juga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, apresiatif, mandiri,
serta bertanggung jawab jika didukung dengan manajemen pembelajaran yang
berdaya guna (Utomo, 2016). Strategi pembelajaran tertentu juga dapat
diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa guna mengembangkan
kreatifitas siswa. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan siswa dalam membuat suatu karya seni
rupa (Yusnida, dkk, 2013).
Melalui latar belakang yang telah diutarakan,
penulis menyusun makalah guna menjabarkan manajemen dan strategi pembelajaran
yang baik agar pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar dapat tepat
guna. Adapun makalah ini berjudul “Strategi Pembelajaran Seni Rupa”. Tujuan
penulisan makalah ini untuk mengetahui pentingnya manajemen dalam melakukan
pembelajaran seni rupa serta mengetahui strategi yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran seni rupa untuk siswa
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diutarakan, maka dapat rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
manajemen pembelajaran seni rupa untuk siswa?
2.
Bagaimanakah
strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa?
C.
Tujuan Penulisan
Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah
berdasarkan rumusan masalah yang diutarakan adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
manajemen pembelajaran seni rupa untuk siswa.
2.
Mengetahui
strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen Pembelajaran Seni Rupa
Manajemen pembelajaran merupakan
suatu usaha yang berkaitan dengan pengaturan proses pembelajaran untuk mencapai
proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Bafadhal, 2004: 11). Manajemen pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang penting untuk melakukan proses pembelajaran. Melaui
menajemen pembelajaran, guru dapat melaksanakan pembelajaran yang tepat guna
bagi siswa. Dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa, manajemen pembelajaran
menjadi hal penting untuk diperhatikan. Seperti yang telah dipaparkan dalam
latar belakang, pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar dilaksanakan
dengan tidak menggunakan manajemen yang baik. Pembelajaran seni rupa seringkali
dilakukan tanpa adanya persiapan yang matang baik dari guru maupun siswa. Manajemen
pembelajaran pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dalam beberapa tahapan
sederhana yaitu (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pelaksanaan, dan (4)
evaluasi.
1.
Perencanaan
Perencaaan (planning) merupakan langkah awal yang penting sebelum melakukan
pembelajaran seni rupa. Perencanaan sendiri merupakan suatu proses persiapan
kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu
(Usman, 2008: 60). Perencanaan oleh guru dapat dituangkan melalui rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang tertuang pada Permendikbud No. 24 Tahun 2016. Melalui pembuatan RPP,
guru dapat menentukan tujuan, materi, alat dan bahan, serta tempat untuk
melakukan pembelajaran seni rupa. Pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah
dasar seringkali dilakukan tanpa perencanaan, sehingga pembelajaran seni rupa
berjalan dengan tidak teratur (Syafii, 2005). Melalui perencanaan, pembelajaran
seni rupa dapat dilakukan dengan tepat guna.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) merupakan salah satu
aktivitas manajerial yang menentukan keberlangsungan suatu kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Utomo, 2016). Dalam
pembelajaran, pengorganisasian meliputi pembagian tugas diantara siswa dan
pendidik. Sebagai contoh, guru menginstruksikan kepada siswa untuk membawa
sesuatu untuk digunakan dalam pembelajaran. Pengorganisasian dalam pembelajaran
seni rupa merupakan langkah pembelajaran yang penting untuk dilakukan.
Pengorganisasian dalam pembelajaran seni rupa menuntut kerjasama diantara siswa
dan guru dalam membuat karya (Retnowati, dkk, 2010: 43). Contoh secara
sederhana dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar, guru dan
siswa membagi tugas untuk membawa alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Biasanya, guru akan menginstruksikan kepada siswa untuk membawa
alat dan bahan yang sederhana dan tidak berbahaya.
3.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
pembelajaran seni rupa sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan tahap perencanaan
yang dijabarkan dalam RPP. Namun, pada prakteknya, bisa saja RPP tidak dapat
dilaksanakan dengan runtut. Pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dilakukan sesuai
dengan kondisi dan situasi pembelajaran saat itu. Guru tidak bisa memaksakan
kegiatan pembelajaran secara runtut sesuai dengan RPP jika kondisi dan situasi
pembelajaran tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, guru perlu
mempersiapkan kegiatan lain untuk mengatasi kondisi dan situasi yang tidak
terduga sebelumnya. Dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar,
guru berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing dan membantu siswa jika
siswa mengalami kesulitan. Melalui bimbingan yang diberikan oleh guru, siswa
akan merasa dirinya diperhatikan dan dihargai sehingga siswa dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik (Sardiman, 2011).
4.
Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran seni
rupa untuk siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan menggunakan teknik assessment of learning dan assessment for learning. Assessment of learning merupakan
penilaian dan evaluasi terhadap siswa mengenai pencapaiannya dalam proses
pembelajaran. Guru dapat mengukur keberhasilan siswa dalam menghasilkan karya
sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RPP. Assesment for learning digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi
kesulitan yang ditemui oleh siswa dalam proses pembelajaran. Hasil identifikasi
kesulitan siswa menjadi pertimbangan guru untuk menentukan strategi atau cara
guna membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan belajarnya (Direktorat
Pembinaan, 2016). Baik assessment of
learning maupun assessment for
learning dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah
dasar karena masing-masing teknik saling melengkapi guna memperbaiki proses
pembelajaran seni rupa.
B.
Strategi Pembelajaran Seni Rupa
Strategi pembelajaran merupakan pemikiran dan
pengupayaan secara strategis dalam melakukan pemilihan, penyusunan,
pemobilisasian, dan pensinergian cara, sarana, prasanana, serta sumber daya
guna mencapai tujuan dalam pembelajaran (Abimanyu, dkk, 2009: 2.3). Strategi
pembelajaran sendiri merupakan sebuah keputusan untuk bertindak dalam
menyelaraskan komponen-komponen yang ada pada sistem pembelajaran. Strategi
pembelajaran sendiri diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu strategi pembelajaran
ditinjau dari (1) pengaturan guru dan siswa, (2) pengolahan pesan, (3) struktur
peristiwa belajar-mengajar, dan (4) tujuan belajar (Abimanyu, dkk, 2009:3.3).
Dari empat klasifikasi
dalam strategi pembelajaran, ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan pada pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar. Diambil dari
segi pengaturan guru dan siswa, pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah
dasar dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran team teaching. Diambil dari segi pengolahan pesan, pembelajaran
seni rupa dapat dilakukan dengan strategi heuristik. Dari segi struktur
peristiwa belajar mengajar, pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran terbuka. Dari segi tujuan belajar, pembelajaran seni rupa
dapat dilakukan dengan motorskills
strategies.
1.
Strategi Pembelajaran Team
Teaching
Strategi pembelajaran team teaching
atau pembelajaran secara tim dilakukan dengan melibatkan dua orang atau lebih
sebagai pengajar atau tutor. Strategi pembelajaran dengan menggunakan team teaching adalah terobosan yang
efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kolaborasi yang
dihasilkan oleh pengajar (Wiradinata, 2013). Pada pembelajaran seni rupa untuk
siswa sekolah dasar, team teaching
dapat membagi tugasnya untuk menjadi fasilitator dan pemberi materi. Ketika
pemberi materi menyampaikan materi seni rupa, fasilitator dapat membimbing
siswa dalam membuat karyanya. Peran fasilitator hanya membantu ketika siswa
merasa kesulitan, bukan membuatkan karya untuk siswa.
2.
Strategi Pembelajaran Heuristik
Strategi pembelajaran heuristik
merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dikehendaki
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan intelektual, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah pada
diri siswa (Abimanyu, dkk, 2009). Peran guru dalam strategi pembelajaran ini
adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa berani untuk
bereksplorasi dalam menuangkan imajinasinya ke dalam karya yang dibuatnya. Pada
pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar, strategi pembelajaran
heuristik seringkali diimpelementasikan pada metode ekspresi bebas. Metode
ekspresi bebas memberikan keluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan
dan imajinasinya ke dalam penciptaan karya seni (Prawira, 2004: 16).
3.
Strategi Pembelajaran Terbuka
Strategi pembelajaran terbuka
merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan
konstribusi dalam merancang atau menentukan komponen-komponen dalam proses
pembelajaran (Abimanyu, dkk, 2009). Dalam pembelajaran seni rupa, strategi
pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan sendiri
langkah-langkah berserta bahan-bahan yang diperlukan guna membuat suatu karya.
Peranan guru dalam strategi pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator
sekaligus sebagai pemberi batasan kepada siswa. Sebagai pemberi batasan, guru
berhak untuk menentukan tema dan jenis karya yang akan dibuat oleh siswa.
Strategi pembelajaran terbuka biasanya diimplementasikan dalam metode eskpresi
bebas dan metode kerja kelompok.
4.
Motorskills Strategies
Motorskills strategies atau strategi pembelajaran keterampilan motorik merupakan strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan gerakan-gerakan terkoordinasi guna menghasilkan produk pembelajaran tertentu (Abimanyu, dkk, 2009). Strategi pembelajaran keterampilan motorik cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa karena dalam pembelajaran seni rupa, keterampilan koordinasi motorik siswa diperlukan untuk menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan kemampuan siswa (Widyastuti, 2012).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dalam melakukan pembelajaran seni rupa untuk siswa
sekolah disarm guru sebaiknya membuat sebuah sistem manajemen pembelajaran agar
pembelajaran dapat berlangsung dengan tepat guna dan mencapai tujuan
pembelajaran. Secara sederhana, manajemen pembelajaran seni rupa dapat
dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pembelajaran seni
rupa untuk siswa sekolah dasar memerlukan strategi pembelajaran agar
pembelajaran seni rupa dapat berjalan dengan menyenangkan. Beberapa strategi
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran
seni rupa antara lain: strategi pembelajaran team teaching, strategi
pembelajaran heuristik, strategi pembelajaran terbuka, dan strategi
pembelajaran keterampilan motorik (motorskills
strategies).
B.
Saran
Bagi
pemakalah selanjutnya, dapat dijelaskan mengenai implementasi manajemen
pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar agar dapat mengetahui
kelemahan dan kekuatan guru dalam melakukan manajemen pembelajaran. Selain itu,
pemakalah selanjutnya dapat memaparkan kelemahan dan kekuatan strategi-strategi
pembelajaran pada seni rupa untuk siswa sekolah dasar agar guru dapat memilih
strategi pembelajaran yang sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Abimanyu, S
dkk. 2009. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Bafadhal,
Ibrahim. 2004. Peningkatan Profesional
Guru SD. Jakarta: Bumi Aksara.
Lilisniati,
A., Zairul A., & Otang K. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk
Meningkatkan Apresiasi Seni Rupa Siswa Kelas III SD Negeri 145 Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2(2),
1-12.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Prawira,
Nanang Ganda. 2004. Pendekatan dan Metode
Pembelajaran Seni Rupa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Retnowati, Tri
H & Bambang P. 2010. Pembelajaran
Seni Rupa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Press.
Syafii. 2005. Profil
Pendidikan Seni Rupa Sekolah Dasar: Kajian Tanggapan Guru Sd Di Jawa Tengah. IMAJINASI. 1(1), 100-111.
Usman,
Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik
dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Utomo,
Kamsidjo B. 2016. Model Manajemen Pendidikan Seni Yang Efektif. Prosiding. Seminar Nasional Pendidikan
2016 Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widiyastuti, E. 2012. Peningkatan
Kemampuan Menggambar Bebas Siswa B1 melalui Strategi Pembelajaran Pemberian
Motivasi. Harmonia: Journal of Arts Research and Education. 12(2), 132-142.
Wiradinata,
Djohan R. 2013. Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Melalui Team Teaching. Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi. 1(2),
68-81.
Yusnida, Syafril
R., & Suib Awrus. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ketrampilan Anyaman Bambu. Serupa The Journal of Art Education.
2(1).
Komentar
Posting Komentar